Jumat, 11 April 2014

Laporan Kimia Dasar Analisa Kuantitatif

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMIA DASAR



Disusun Oleh:
                                    Nama              : Ghina Meriyana Dewi
                                    NIM                : 23010111120036                                                   Kelompok            : II ( Dua )
                                    Asisten            : Shella Rosalina F.C








 













FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011


BAB I

PENDAHULUAN
            Analisa kuantitatif merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui banyaknya suatu zat yang ada dalam suatu sampel. Hal ini berhubungan erat dengan unsur pembentuk dalam sampel tersebut. Proses penambahan larutan standar ke dalam larutan yang ditentukan sampai terjadi reaksi yang sempurna disebut titrasi, menitrasi atau menitir. Penentuan kadar dalam sampel biasanya ditentukan kedalam dengan proses titrasi dengan menggunakan larutan standar.
            Larutan standar  yaitu larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara teliti. Larutan standar yang bertindak sebagai indikator ditambah sedikit demi sedikit hingga terjadi perubahan pada larutan yang akan diteliti kandungan sampelnya. Perubahan ini dapat berupa perubahan warna atau terjadinya endapan pada sampel larutan. Saat terjadi perubahan pada titik ekuivalen disebut dengan saat akhir titrasi.
Tujuan dari praktikum kimia dengan materi peng enalan analisa kuntitatif adalah untuk mengenal metode anlisa kuantitatif dan menetapkan kadar asam cuka, serta mampu menerapkan reaksi asam-basa untuk menetapkan reaksi asam atau basa. Manfaat praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat mempraktekkan secara langsung dan mengetahui proses standarisasi NaOH berlangsung dan menghitung kadar asam cuka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Analisa Kuantitatif
            Analisa Kuantitatif merupakan suatu upaya untuk menguraikan atau memisahkan suatu kesatuan bahan menjadi komponen-komponen pembentukannya. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat  (Haryadi,1990). Dan pernyataan tersebut diperjelas oleh Day dan Underwood (1998) bahwa analisa kuantitatif merupakan suatu cara atau upaya sistematis yang dilakukan dengan jalan mengukur volume larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti, serta untuk mengubah sesuatu menjadi lebih sederhana.
Biasanya untuk mengukur volume larutan standar tersebut, larutan standar harus ditambahkan melalui alat yang disebut biuret. Karena reaksi harus sempurna, maka saat reaksi sempurna sudah tercapai disebut saat ekuivalen atau saat stoikiometri yang biasanya dapat diketahui karena ada sesuatu yang tampak dalam larutan ini, yaitu perubahan warna atau terjadinya suatu endapan yang disebabkan oleh larutan standarnya itu sendiri atau karena adanya penambahan suatu larutan penunjuk atau indikator. Saat dimana proses titrasi harus dihentikan disebut saat akhir titrasi. Diharapkan saat ekuivalen sama dengan saat akhir titrasi. Tetapi pada kenyataanya, kedua saat tersebut sulit dicapai secara bersamaan. Selain reaksi harus kuantitatif juga harus berjalan cepat, sebab bila reaksinya lambat titik ekuivalen sulit diamati. Reaksi dapat dipercepat dengan pemanasan, pengadukan atau penambahan katalisator (Day dan Underwood, 1998).
2.2. Macam-macam Analisa Kuantitatif
            Analisa kuantitatif ada beberapa macam diantaranya volumetri, grafimetri dan instrumental. Analisa titrimetri berkaitan dengan pengukuran volume suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui yang diperlukan untuk bereaksi dengan analit. Analisa gravimetri pengukuran menyangkut pengukuran berat. Istilah analisa instrumental berhubungan dengan pemakaian peralatan khusus pada langkah pengukuran (Day dan Underwood, 1998).
2.2.1.   Volumetri
            Analisa volumetri juga dikenal sebagai trimetri, dimana zat yang akan dianalisa dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari biuret dalam bentuk larutan (Khopkar, 1990).
Suatu analisis  kimia terdiri dari 4 tahapan yaitu pengambilan atau pencuplikan sampel, mengubah analit menjadi suatu bentuk yang sesuai untuk pengukuran, pengukuran, perhitungan dan penafsiran pengukuran (Day dan Underwood, 1998).


2.2.2.   Gravimetri
Analisa gravimetri pengukuran menyangkut pengukuran berat. Pada gravimetri biasanya didasarkan pada reaksi kimia seperti :
aA + rR               AaRr
Dimana a molekul analit, A bereaksi dengan r molekul reagennya R. Produknya, yakni AaRr biasanya merupakan suatu substansi yanng sedikit larut yang bisa ditimbang setelah pengeringan atau yang bisa dibakar menjadi senyawa lain yang komposisinya diketahui, untuk ditimbang (Day dan Underwood, 1998).

BAB III
MATERI DAN METODE
            Praktikum Kimia Dasar dengan materi pengenalan Analisa kuantitatif dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 08 Oktober 2011 pada pukul 12.30 sampai dengan pukul 14.30 WIB bertempat di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang.
3.1.      Materi
Alat yang digunakan pada praktikum analisa kuantitatif antara lain: biuret berfungsi untuk mentitrasi larutan NaOH dan asam cuka, labu ukur 250 ml sebagai tempat pengencer asam cuka dan labu ukur 100 ml sebagai tempat pengencer larutan asam oksalat, erlenmeyer sebagai tempat pencampuran asam cuka yang diencerkan dan tiga tetes indikator fenolftalein, sedang erlenmeyer lain digunakan sebagai  tempat NaOH yang telah ditetesi tiga tetes indikator fenolftalein, penjepit atau statif sebagai tempat memasang tabung buret, pipet tetes untuk mengambil larutan NaOH dan fenolftalein, dan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain indikator fenolftalein, larutan NaOH 0,1 N, larutan asam oksalat 0,1 N, larutan asam cuka Suka Sari dan aquades.


3.2.      Metode
3.2.1.      Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat standar
Metode yang digunakan dalam praktikum analisa kuantitatif menentukan standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat adalah menimbang dengan tepat 0,63 gram asam oksalat kemudian melarutkan asam oksalat tersebut dengan aquades dan mengencerkan menjadi 100 ml dengan labu takar. Mengisikan larutan asam oksalat ke dalam buret , kemudian memasukkan 10 ml NaOH dan menambahkan air hingga volumenya 100 ml ke dalam erlenmeyer. Kemudian menambahkan tiga tetes indikator fenolftalein. Setelah itu, menitrasi larutan tersebut dengan asam oksalat standart sampai  warna merah indikator tepat hilang dan mencatat volume asam oksalat yang diperlukan. Melakukan titrasi tersebut sebanyak dua kali dan menghitung konsentrasi NaOH.
3.2.2.      Penetapan kadar asam cuka
Metode yang digunakan dalam praktikum analisa kuantitatif menentukan penetapan kadar asam cuka adalah pertama mengisikan larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya ke dalam buret, kemudian mengambil 10 ml asam cuka dan mengencerkan menjadi 250 ml dengan labu takar. Mengambil 10 ml asam cuka yang telah diencerkan dan memasukkan ke dalam erlenmeyer, menambahkan tiga tetes indikator fenolftalein. Menitrasi larutan tersebut dengan larutan NaOH sampai timbul warna merah muda yang tetap. Mengulangi langkah tersebut sebanyak dua kali untuk erlenmeyer yang lain serta mencatat volume NaOH yang diperlukan dan menghitung kadar asam cuka.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat
Berdasarkan hasil praktikum standarisasi NaOH larutan asam oksalat dapat diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat
Titrasi
Volume Asam Oksalat (ml)
Titrasi I
9,5
Titrasi II
10
Rata-rata
9,75
Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2011
Berdasarkan percobaan yang telah laksanakan pada praktikum standarisasi NaOH diperoleh normalitas NaOH sebesar 0,0975 N. Normalitas NaOH 0,0975 N didapat dari perhitungan antara titrasi I dengan titrasi II, dimana NaOH sebagai analit yang beraksi dengan asam oksalat sebagai pereaksi. Asam oksalat  merupakan  peraksi yang disebut juga titran. Percobaan ini sesuai dengan pernyataan ( Day dan Underwood, 1998) yang menyatakan bahwa analisa dengan metode titrimetri didasarkan pada reaksi kimia : aA + tT              produk, dimana a molekul analit A, bereaksi dengan t molekul pereaksi T. Asam oksalat  merupakan  peraksi T yang ditambahkan dalam biuret secara kontinu dalam wujud larutan yang konsentrasinya telah diketahui yang disebut titran.
Pada penambahan PP, terbentuk warna merah muda karena larutan bersifat basa dan indikator memberikan warna merah muda. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Khopkar, 1990) bahwa semua metode yang dilakukan  dengan cara titrimetri tergantung pada larutan standar yang mengandung sejumlah reagen persatuan volume  larutan dengan ketetapan yang tinggi.  Konsentrasi dinyatakan dalam normalitas (g.ek/l).  
4.2.Pengukuran Kadar Asam Cuka
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Pengukuran Kadar Asam Cuka
Titrasi
Volume NaOH (ml)
Titrasi I
8
Titrasi II
9
Rata-rata
8,5
Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2011

Berdasarkan percobaan yang telah laksanakan pada praktikum pengukuran kadar asam cuka diperoleh hasil kadar asam cuka sebesar 12,75 % dalam cuka merk “Sukasari”. Hal ini disebabkan karena perhitungan asam cuka pada normalitas asam cuka yang belum diencerkan belum diketahui dan normalitas asam cuka setelah diencerkan belum diketahui.
Percobaan ini bila reaksi positif maka titik akhir titrasi ditandai dalam perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda yang tetap, hal ini sesuai dengan pendapat (Khopkar, 1990) bahwa sebagian besar titrasi asam basa dilakukan dalam kamar, kecuali titrasi yang meliputi basa-basa yang mengandung karbondioksida. Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa, pH dan perubahan warna indikator  tergantung secara tidak langsung pada temperatur. Pendapat tersebut diperjelas oleh ( Day dan Underwood, 1998) yang menyatakan bahwa ada sejumlah besar asam dan basa yang dapat ditentukan oleh titrimetri, dan pada umumnya titran adalah larutan standar dari elektrolit kuat.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil  percobaan yang telah dilaksanakan pada praktikum adapun kesimpulan yang didapat dalam  percobaan  mengenai  analisa kuantitatif  merupakan suatu upaya untuk menguraikan atau memisahkan suatu kesatuan bahan menjadi komponen-komponen pembentukannya. Penentuan kadar dalam sampel biasanya ditentukan kedalam dengan proses titrasi dengan menggunakan larutan standar. Larutan standar  yaitu larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara teliti, sedangkan titrasi merupakan salah satu cara analisa kuantitatif yang berdasarkan volume bahan yang diperlukan untuk mencapai equivalen. Analisa kuantitatif ada beberapa macam diantaranya volumetri, grafimetri dan instrumental.
            Pada standarisasi NaOH reaksi sempurna ditandai dengan adanya suatu perubahan warna yang disebabkan oleh larutan itu sendiri atau karena adanya penambahan suatu larutan petunjuk. Pada titrasi asam cuka dengan NaOH sebagai larutan standar akan dihasilkan garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat.


5.2. Saran
            Dalam praktikum diharapkan agar perlengkapan untuk dilengkapi karena ada beberapa alat praktikum yang belum terlengkapi. Sehingga praktikum dapat terlaksana dengan baik. 
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A and A.L Underword. 1998. Analisa Kuantitatif. USA. Pruntice Hall Inc (diterjemahkan oleh Lis Sopyan)
Haryadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta. Gramedia.
Sudarmadji, Slamet. 1989. Analisa Bahan Makanan Pertanian.Jogjakarta.Liberty.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analisa. Jakarta. Universitas Indonesia Pers (diterjemahkan oleh A. Saptorahardjo dan Agus Nurhadi)
Peterucci, H. Ralph 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 3. Jakarta. Erlangga

LAMPIRAN
Perhitungan Normalitas NaOH
              .       =  
      0,1 x 9,75              =          .10
            0,975               =          10
                                =          0,0975 N
Keterangan :
V1 = Rata-rata titrasi Asam Oksalat
N1 = Normalitas Asam Oksalat
V2 = Volume NaOH
N2 = Normalitas NaOH

Perhitungan Kadar Asam Cuka :
            Kadar Asam Cuka      =          ( V1 x N x B x P ) / V2 x 1000
                                                =          ( 8,5 x 0,1 x 60 x 25 ) / 10 x 1000
                                                =          1275 / 10000 x 100%
                                                =          12,75 %

Keterangan :
C    = Kadar Asam Cuka
V1  = Rata-rata titrasi NaOH
V2  = Volume Asam Cuka yang dititrasi
N   = Normalitas NaOH
B    = Berat Molekul Asam Cuka (60)
P    = Faktor Pengenceran (10)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar